Minggu, 14 Juni 2009

Komentar-komentar yang harus dipahami

Adi @ nusantara dot blogspot.com
Negara bukanlah diskusi mayoritas. Tiap individu atau warga negara punya hak yang berbeda. Perlakukanlah tiap individu menurut hak dan kewajiban mereka masing2. Jika ingin mengetahui mana yang benar, kenapa kita tidak rasakan sendiri apa yang sedang terjadi.

Bambang Riyanto @ nusantara dot blogspot.com
SEMUA Agama adalah Transnasional.. bukan hanya kelompok tertentu.Tidak ada agama murni tumbuh di Indonesia. Liberalisme juga berbahaya bagi bangsa Indonesia.
Buku itu dilakukan oleh orang luar Indonesia, asal ngomong akan kembali ke kebudayaan Asli Indoensia. Itu bohong.. mengada-ada.


Iqwan @ nusantara dot blogspot.com
Setahu saya Justru PKS yang memberikan inspirasi perubahan di berbagai Parpol.Yang konsisten ingin Indonesia menjadi lebih baik dan bermartabat.. Tidak ada yang saya takuti kalau bergaul dengan teman-teman PKS. Penjagaan pribadi muslimnya memang baik tetapi apa yang salah wong itu juga ada di Al Qur’an.Buku itu terasa asing bagi saya yang ingin memperdalam Islam.. dan banyak beramal..Buku itu betul-betul tidak mengajak agar Umat Islam menjadi lebih baik tetapi justru merusak akal dan hati Umat Islam.
Bagi yang akan baca, jangan lupa baca basmalah terlebih dahulu dan selalu baca kalimat tauhid: Laa illaha Ila ALlah.. semoga terbebas dari pengaruh buruk dari isi bukunya.
$$ saya setju dengan mas Briyantooo: Semua Agama, kebudayaan asing kini telah masuk di berbagai negara termasuk Indonesia dan bersifat TRANSNASIONAL… : Islam, Hindu, Budha, Protestan, Katolik, Kong Hu Chu, dll.

Orang Muhammadiyah @ nusantara dot blogspot.com
Yang akur saja Orang Muhammadiyah dan NU.. Dulu kan kita sama-sama bertengkar urusan jumlah rekaat tarawih, do’a qunut sholat shubuh, adzan jum’at sebelum khutbah jum’at, dll.Kita jangan kaget bahwa generasi muda sudah sangat jenuh dengan konflik-konflik begitu…
Membuat Umat Islam tidak maju selama berpuluh-puluh tahun. Pasca Reformasi… Muhammadiyah dan NU rebutan bikin partai dan ternyata sama-sama terjadi perpecahan: PKB (PKB Gus Dur dan PKB Muhaimin) -PKNU, dan PAN (PAN SB dan PAN Amien Rais) – PMB.
Apakah setelah jenuh dengan urusan pondok pesantren dan persyarikatan dan gagal di Parpol trus cari obyek baru?
Sasaran tembaknya PKS dan HTI yang gencar tampil di media mengalahkan rating NU dan Muhammadiyah.
Maka Romo Franz yang berbahagia bisa menemukan orang-orang kecewa yang bisa diajak memukul… obyek barunya itu.
Ini benar-benar sebuah bencana.. bagi Umat Islam Indonesia..


adisyahid @ nusantara dot blogspot.com
Ass…
sayang sekali dan sangat disayangkan, tanpa tabayyun dulu tapi sudah mengklaim ini dan itu salah. kayaknya muhammadiyah cuma kawatir aja deh dengan kondisi PAn yg merupakan bagian tak terpisahkan dengan muhammadiyah suaranya makin anjlok. sehingga mencari kambing hitam…kasian sekali y kalian, padahal belum tentu orang yang dicela lebih baik dari yang mencela…lagian gerakan transnasional hanya rekayasa belaka untuk memberantas gerakan dkwah yg ada. padahal sebenarnya apa yg dituduhkn semua tidak dapt dibuktikan…wahabilah…inilah itulah kek gada kerjaan aja. tuh sana masih banyak orang yang g solat MEN…….


madi
Ternyata buku ini juga cuma Ilusi. Katanya hasil penelitian, tetapi beberapa nama yang dicantumkan dalam buku tersebut sebagai peneliti jauh hari sudah mengundurkan diri namun masih dicantumkan, seperti Khalik Ridwan dan Abdur Rozaki. Sehingga keduanya sudah tidak terlibat lagi dalam tahap penelitian mulai dari pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan hingga penerbitan buku.Empat Peneliti asal Yogyakarta, Zuli Qodir, Adur Rozaki, Laode Arham, Nur Khalik Ridwan, memrotes isi buku ‘Ilusi Negara Islam’ yang diterbitkan The Wahid Istitute, Maarif Institute dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika. Buku itu dinilai tidak sesuai dengan yang diteliti dan isinya mengadu domba umat Islam.
”Saya tidak berani lagi pulang ke Madura, karena terbitnya buku ini. Bisa-bisa saya dikalungi clurit karena buku ini mengadu domba umat Islam,” kata Abdur Rozaki, Yogyakarta, dikutip dari Republika Online, Senin (25/5).”Para peneliti daerah namanya dicatut hanya sebagai legitimasi politis dari kepentingan pihak asing. Sebagaimana dilakukan Holland Taylor dari Lib for All, Amerika Serikat yang begitu dominan bekerja dalam kepentingan riset dan penerbitan buku ini.Bahkan, yang aneh dari peneribatan buku tersebut adalah pencantuman KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur sebagai editornya. Padahal, selama ini Gus Dur terganggu penglihatannya sehingga tidak mungkin Gus Dur bisa mengeditnya. ”Ini sudah kebablasan,” kata Abdur Rozaki.(lengkapnya baca. http://www.nu.or.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar