Sabtu, 20 Juni 2009

JIL: Jaringan Islam Liberal meracuni Umat Islam

Seiring dengan terbukanya demokrasi di Indonesia, Islam menjadi salah satu target yang diwaspadai oleh negara-negara Anti Muslim Amerika, Australia dan Eropa.

Salah satu cara untuk membendung pergerakan Islam dan perkembanga ISlam di INdonesia maka Jaringan Islam Liberal di bentuk. Kata Islam untuk mendekatkan kepada mayoritas Masyarakat Indonesia, dan Liberal untuk menunjukkan kemana masyarakat Islam Indoensia akan dibawa.

Islam tidak mengenal kata lain. Islam hanya satu. Maka dengan adanya Islam liberal dipastikan gagasan itu berasal dari luar Islam.
Kalaupun yang berbicara, bergerak dan beraksi adalah umat Islam pasti person-person yang ada di dalamnya telah disusupi pemikiran dari luar Islam.

Gerakan Islam liberal sebenarnya telah lama bergerak dan dengan cara mendekati tokoh-tokoh islam dengan berbagai cara. Dan yang paling utama adalah adanya UANG.
Uang diwujudkan dalam bentuk: beasiswa, pesantren, fasilitas pribadi, sekolah, bantuan kemanusiaan, dll.

Apakah penulis buku Ilusi Negara Islam adalah orang-orang yang HAPAL AL-QUR'AN dan tafsirnya?

Apakah penulis buku itu melakukan sholat malam (qiyamul lail), puasa wajib dan sunnah, berzakat, dan berdakwah?

Dari sini bisa kita pahami bahwa isi buku Ilusi Negara Islam merupakan kumpulan peristiwa yang telah di rekayasa oleh JIL yang menyusup di Muhammadiyah, dan NU.

Mereka telah lama merancang untuk memukul gerakan Islam dengan lembaga Islam (NU dan Muhammadiyah)

Dengan adanya peristiwa yang menunjukkan perbenturan dan perlawanan kemudian dipanasi para tokoh kedua Ormas tadi kemudian diblowup. Muhammadiyah melalui Farid Setiawan ke Suara Muhammadiyah, dan masih ada beberapa tokoh di PP Muhammadiyah yang memiliki kebencian yang mendalam dengan mengupayakan keluarnya SK PP.

Di NU juga dilakukan hal mirip dengan Muhammadiyah.

Yang paling penting dari semau itu adalah bahwa, kini harus dipahami oleh umat Islam bahwa tidak pernah orag-orang yahudi dan nasrani melalui berbagia lembaga LSM, media, buku-buku, pendidikan, dll. untuk memadamkan cahaya Islam.

JIL yang dikembangkan di Muhammadiyah dengan nama JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah) ada person -person yang menyusup dari JIL. Jika di NU dikela dengan PMII yang juga aktif menyuarakan pemikiran Liberalisme.

Dan yang jelas baik di NU maupn Muhammadiyah tidak semua tokohnya memiliki integritas Islam yang baik. DI Muhammadiyah dikenal dengan adanya selebaran gelap yang menyerang tokoh lain sewaktu Muktamar Muhammadiyah 2005 di Malang.

Saat ini tokoh dibalik selebaran gelap itu sedang aktif menggalang kekuatan (pengaruh) untuk Muktamar Muhammadiyah 2010 di Yogyakarta.

Dalam sejarah Muhammadiyah utnuk memilih pemimpin tidak ada selebaran gelap. Tapi di Muktamar 2005 di Malang hal itu terjadi.

Mau kemanakah Muhammadiyah?

CMIIW.

Selasa, 16 Juni 2009

Komentar yang mencerahkan dan cerdik

addi @ nusantara dit blogspot.com

Sebenarnya perdebatan transnasional tidak relevan. Persentuhan Indonesia dengan ideologi transnasional adalah hal yang tak terelakan. Bukan hanya ideologi, Indonesia juga bersentuhan dengan hal lain baik itu berupa agama, seni, budaya, bahasa, bahkan juga makanan yang bersifat transnasional. Lima agama yang diakui (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha) juga Konghu Cu, semuanya berasal dari luar Indonesia. Termasuk pula gagasan-gagasan sistem politik seperti demokrasi, bahkan istilah republik juga berasal dari Barat.

Masuknya Islam ke Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari watak ‘transnasional’ Islam. Adalah Sultan Muhammad I dari kekhilafahan Utsmani yang pada tahun 808H/1404M pertama kali mengirim para ulama (kelak dikenal sebagai Walisongo) untuk berdakwah ke pulau Jawa seperti Maulana Malik Ibrahim (Turki), Maulana Ishaq (Samarqand) yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra (Mesir), Maulana Muhammad al-Maghrabi (Maroko) Maulana Malik Israil (Turki), Maulana Hasanuddin (Palestina),Maulana Aliyuddin (Palestina) dan Syekh Subakir dari Persia.

Keberadaan ormas-ormas Islam besar di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, juga tidak bisa dilepaskan dari persinggungan dengan dunia Islam internasional. Watak transnasional ini wajar saja mengingat Islam memang agama bagi seluruh manusia di dunia (rahmatan lil ‘alamin). Tokoh-tokoh pendiri ormas itu sebagian besar belajar di Timur Tengah dan menyebarkan pemikiran-pemikiran ulama dari Timur Tengah yang menjadi pusat Islam saat itu.

Penyakit Islamophobia dan Syariahphobia sepertinya telah membutakan mata hati dan sikap rasional kelompok liberal dan pengusungnya ini. Kenapa hanya Ideologi Islam dan kelompok Islam yang mereka anggap sebagai ancaman dari luar dan bersifat transnasionalisme. Sementera itu, ide-ide liberal dan sekuler seperti demokrasi , HAM, pluralisme, ide gender, yang mereka usung yang sesungguhnya merupakan ide import (dari Barat) dan juga berwatak transnasional, tidak dianggap ancaman.

Padahal ide liberal dan sekuler ini bukan hanya mengancam, tapi telah menjadi penyebab kehancuran Indonesia dan dunia Islam. Bukankah penerapan ekonomi yang neo liberal di Indonsia dengan progam pengurangan subsidi, privataisasi , investasi asing dan pasar bebas telah menyebabkan kemiskinan dan perampokan kekayaan alam Indonesia.
Atas nama HAM, kebebasan bertingkah laku mereka merusak moralitas menjerumuskan para pemuda dalam kemaksiatan. Dengan alasan HAM,mereka minta pornografi dan pornaaksi, pengakuan terhadap kelompok gay dan lesbian dilegalkan. Sementara perda yang mewajibkan busana muslimah dianggap melanggar HAM.

Atas nama HAM juga mereka meracuni aqidah umat Islam. Dengan dalih kebebasan beragama, kelompok liberal ini meminta agar Ahmadiyah jangan dilarang. Pelarang sholat dua bahasa yang jelas-jelas bid’ah, oleh kelompak liberal dianggap pelanggaran HAM. Tidak hanya itu ‘tafsir’ liberal yang mereka usung telah menghancurkan sendi-sendi Islam yang mendasar yang menimbulkan keraguan terhadap kebenaran al Qur’an dan as Sunnah.

Untuk membuktikan itu, cukuplah kita kutipkan surat Surat Raja Inggris Goerge II kepada Kholifah Hisyam III : Keunggulan pendidikan di masa Khilafah , membuat banyak pihak mempercayai keluarganya untuk dididik dalam sistem pendidikan Khilafah. Termasuk Raja di Eropa yang mengirim keluarganya untuk belajar di Daulah Khilafah, seperti yang tampak dalam surat dari George II, Raja Inggeris, Swedia dan Norwegia, kepada Khalifah Hisyam III di Andalusia Spanyol. Kutipan surat tersebut antara lain : ” Setelah salam hormat dan takdzim, kami beritahukan kepada yang Mulia, bahwa kami telah mendengar tentang kemajuan yang luar biasa, dimana berbagai sekolah sains dan industri bisa menikmatinya di negeri yang Mulia, yang metropolit itu. Kami mengharapkan anak-anak kami bisa menimba keagungan yang ideal ini agar kelak menjadi cikal bakal kebaikan untuk mewarisi peninggalan yang Mulia guna menebar cahaya ilmu di negeri kami, yang masih diliputi kebodohan dari berbagai penjuru.”

Minggu, 14 Juni 2009

Komentar yang memancing Permusuhan

Teguhsuseno @ nusantara dot blogspot.com
Buku lawan dengan buku, kalau keberatan dengan isi buku, buatlah buku tandingan, jangan ngecap nggak karuan. Tidak mungkin NU dan Muhammadiyah yang sudah punya nama besar mau sembarangan menulis. Kalau berani gugat saja secara pidana sekalian (pakai pasal apa kek), biar tambah rame……. Memang repot kalau pemahaman agama cuma sepotong-sepotong, belum bisa membedakan mana arab, mana islam; mana Muhammad sang nabi, mana manusia biasa; mana agama, mana pemikiran keagamaan. Pada ngaji dulu deh yang mateng, jangan-jangan belajarnya baru sampe bab marah doang…………

Penulis komentar tidak memiliki rasa cinta persatuan Umat, tetapi memiliki semangat permusuhan dan Pertengakaran. Jika ia seorang muslim maka ini bentuk sikap KEMUNAFIKAN.

Teguhsuseno @ nusantara dot blogspot.com
Islam diturunkan untuk meng-esakan tuhan dan memperbaiki akhlak, kalau ngomongnya nggak pake sopan satun, asal njeplak aja, mununjakkan akhlaknya bejat…. Orang cacat itu kan ciptaan tuhan (termasuk Gus Dur….), menghina orang cacat sama juga menghina tuhan……., kufur tuh !!!

Penulis komentar ternyata memang menggunakan Gus Dur sebagai referensi, bukan berdasar pada Al-Qur'an dan Sunnah. Manusia bisa salah meskipun seorang Kiai, Haji, Presiden dll.
Cara Pandang seperti ini bersifat pragmatisme keduniawian.

Komentar-komentar yang harus dipahami

Adi @ nusantara dot blogspot.com
Negara bukanlah diskusi mayoritas. Tiap individu atau warga negara punya hak yang berbeda. Perlakukanlah tiap individu menurut hak dan kewajiban mereka masing2. Jika ingin mengetahui mana yang benar, kenapa kita tidak rasakan sendiri apa yang sedang terjadi.

Bambang Riyanto @ nusantara dot blogspot.com
SEMUA Agama adalah Transnasional.. bukan hanya kelompok tertentu.Tidak ada agama murni tumbuh di Indonesia. Liberalisme juga berbahaya bagi bangsa Indonesia.
Buku itu dilakukan oleh orang luar Indonesia, asal ngomong akan kembali ke kebudayaan Asli Indoensia. Itu bohong.. mengada-ada.


Iqwan @ nusantara dot blogspot.com
Setahu saya Justru PKS yang memberikan inspirasi perubahan di berbagai Parpol.Yang konsisten ingin Indonesia menjadi lebih baik dan bermartabat.. Tidak ada yang saya takuti kalau bergaul dengan teman-teman PKS. Penjagaan pribadi muslimnya memang baik tetapi apa yang salah wong itu juga ada di Al Qur’an.Buku itu terasa asing bagi saya yang ingin memperdalam Islam.. dan banyak beramal..Buku itu betul-betul tidak mengajak agar Umat Islam menjadi lebih baik tetapi justru merusak akal dan hati Umat Islam.
Bagi yang akan baca, jangan lupa baca basmalah terlebih dahulu dan selalu baca kalimat tauhid: Laa illaha Ila ALlah.. semoga terbebas dari pengaruh buruk dari isi bukunya.
$$ saya setju dengan mas Briyantooo: Semua Agama, kebudayaan asing kini telah masuk di berbagai negara termasuk Indonesia dan bersifat TRANSNASIONAL… : Islam, Hindu, Budha, Protestan, Katolik, Kong Hu Chu, dll.

Orang Muhammadiyah @ nusantara dot blogspot.com
Yang akur saja Orang Muhammadiyah dan NU.. Dulu kan kita sama-sama bertengkar urusan jumlah rekaat tarawih, do’a qunut sholat shubuh, adzan jum’at sebelum khutbah jum’at, dll.Kita jangan kaget bahwa generasi muda sudah sangat jenuh dengan konflik-konflik begitu…
Membuat Umat Islam tidak maju selama berpuluh-puluh tahun. Pasca Reformasi… Muhammadiyah dan NU rebutan bikin partai dan ternyata sama-sama terjadi perpecahan: PKB (PKB Gus Dur dan PKB Muhaimin) -PKNU, dan PAN (PAN SB dan PAN Amien Rais) – PMB.
Apakah setelah jenuh dengan urusan pondok pesantren dan persyarikatan dan gagal di Parpol trus cari obyek baru?
Sasaran tembaknya PKS dan HTI yang gencar tampil di media mengalahkan rating NU dan Muhammadiyah.
Maka Romo Franz yang berbahagia bisa menemukan orang-orang kecewa yang bisa diajak memukul… obyek barunya itu.
Ini benar-benar sebuah bencana.. bagi Umat Islam Indonesia..


adisyahid @ nusantara dot blogspot.com
Ass…
sayang sekali dan sangat disayangkan, tanpa tabayyun dulu tapi sudah mengklaim ini dan itu salah. kayaknya muhammadiyah cuma kawatir aja deh dengan kondisi PAn yg merupakan bagian tak terpisahkan dengan muhammadiyah suaranya makin anjlok. sehingga mencari kambing hitam…kasian sekali y kalian, padahal belum tentu orang yang dicela lebih baik dari yang mencela…lagian gerakan transnasional hanya rekayasa belaka untuk memberantas gerakan dkwah yg ada. padahal sebenarnya apa yg dituduhkn semua tidak dapt dibuktikan…wahabilah…inilah itulah kek gada kerjaan aja. tuh sana masih banyak orang yang g solat MEN…….


madi
Ternyata buku ini juga cuma Ilusi. Katanya hasil penelitian, tetapi beberapa nama yang dicantumkan dalam buku tersebut sebagai peneliti jauh hari sudah mengundurkan diri namun masih dicantumkan, seperti Khalik Ridwan dan Abdur Rozaki. Sehingga keduanya sudah tidak terlibat lagi dalam tahap penelitian mulai dari pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan hingga penerbitan buku.Empat Peneliti asal Yogyakarta, Zuli Qodir, Adur Rozaki, Laode Arham, Nur Khalik Ridwan, memrotes isi buku ‘Ilusi Negara Islam’ yang diterbitkan The Wahid Istitute, Maarif Institute dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika. Buku itu dinilai tidak sesuai dengan yang diteliti dan isinya mengadu domba umat Islam.
”Saya tidak berani lagi pulang ke Madura, karena terbitnya buku ini. Bisa-bisa saya dikalungi clurit karena buku ini mengadu domba umat Islam,” kata Abdur Rozaki, Yogyakarta, dikutip dari Republika Online, Senin (25/5).”Para peneliti daerah namanya dicatut hanya sebagai legitimasi politis dari kepentingan pihak asing. Sebagaimana dilakukan Holland Taylor dari Lib for All, Amerika Serikat yang begitu dominan bekerja dalam kepentingan riset dan penerbitan buku ini.Bahkan, yang aneh dari peneribatan buku tersebut adalah pencantuman KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur sebagai editornya. Padahal, selama ini Gus Dur terganggu penglihatannya sehingga tidak mungkin Gus Dur bisa mengeditnya. ”Ini sudah kebablasan,” kata Abdur Rozaki.(lengkapnya baca. http://www.nu.or.id/)

Rabu, 10 Juni 2009

Menghindari Pengaruh Syetan

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Saudaraku, satu hal yang sering kita lupakan dalam hidup ini, yaitu menyadari akan keberadaan syetan. Syetan, walaupun wujudnya tidak terlihat oleh mata, namun hasilnya sangat nyata. Terbukti dengan banyak manusia yang terjerat akan tipuannya, gelap mata akibat kekhilafannya.

Salah satu tipuan syetan yang kerap mengelabui yaitu melalui hawa nafsu. Karena itu yang menjadi kendaraan syetan dalam menjalankan tugasnya mencelakakan manusia. Beberapa tabiat hawa nafsu jahat yang perlu kita waspadai diantarnaya nafsu senang pada penghargaan diri. Selain itu, syetan sangat senang menyuruh kita agar mengumbar nikmat secara berlebihan.

Dalam Al Quran digambarkan secara jelas bahwa Allah swt menciptakan syetan sebagai musuh bagi orang-orang beriman. Dengan keperkasaannya ia mampu menguasai diri kita. Kalau kita tidak peduli pada syetan, dia sangat peduli pada kita.

Kita tidak bisa melihat wujudnya, tapi dia sangat memperhatikan kita. Dan, syetan benar-benar terintegrasi kekuatannya untuk tolong-menolong. Jika kita kurang waspada bersiap-siaplah diri kita dikuasainya.

Kendaraan syetan adalah nafsu, syahwat, dan keinginan. Orang yang tidak mampu mengendalikan keinginannya akan habis dia gunakan untuk memperturutkan nafsunya. Dan orang yang dikuasai nafsu syetan selalu merasa diri paling benar. Ia merasa apa yang dilakukan merupakan kebenaran yang tidak mungkin salah. Sedangkan apa yang dilakukan orang lain adalah kesalahan yang tidak mungkin benar. Selain itu, ia senantiasa menyepelekan orang lain dan segala yang dilakukan diniatkan karena ingin dipuja dan dipuji orang lain. Amat rugilah orang yang selalu mengandalkan nafsunya untuk memenuhi keinginan. “Padahal syetan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain tipuan belaka.” (QS. An-Nisa:120).

Dua strategi penting yang membuat kita lebih aman dari tipuan syetan. Pertama, banyak berlindung kepada Allah swt. Karena Dia-lah yang menguasai makhluk-makhluk (termasuk syetan). Kalau bukan berlindung kepada Allah lalu kepada siapa lagi. Hanya Allah-lah sebaik-baik pelindung.

“Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah:186)

Kedua, kuasai nafsu yaitu dengan mengendalikan diri. Setiap saat, setiap waktu, syetan selalu mencari peluang. Kalau kita kurang pintar mengendalikan diri bersiap-siaplah menjadi pelayan syetan. Tabiat hawa nafsu salah satunya sangat enggan pada ketaatan. Beribadah malas, begitu juga dalam beramal, kalau tidak menguntungkan dirinya, lebih baik tidak dilakukannya.

Kalau orang makin disukai Allah yang dibukakan ke orang tersebut adalah kekurangan, sedangkan ke orang lain yang dibukakan kelebihannya. Sebaliknya, orang yang tidak disukai Allah, dia membukakan kepada dirinya kelebihan kepada Allah, memperlihatkan kepada orang lain kejelekannya. Dia melihat dirinya paling baik. Naudzubillah . Saudaraku, sesungguhnya syaitan tidak akan pernah pensiun selama manusia ada dalam ketaatan kepada Allah. Oleh sebab itu, marilah kita tingkatkan keimanan kita. Wallahu a’lam bish showab.

Umat Islam dibodohi

Masih saja ada pihak yang tidak rela jika ada bagian kecil Umat Islam yang ingin maju. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Umat Islam, jika ada kaum yang maju sepantasnyanya dididukung. Tetapi kali ini berbeda, justru dibendung dan difitnah.

Memang tidak mudah membendung arus demokrasi di Indoensia. Jika bisa pasti biayannya mahal dan perlu waktu panjang serta ahli rekayasa sosial yang cukup cerdas.

Masyarakat Indonsi dari hari ke hari semakin pinter, dengan banyak membaca dan melihat serta merasakan.

Tidak perlu pihak lain untuk memutuskan.. masyarakat sudah tahu bagaiman acara memutuskan.

Buku Ilusi Negara Islam merupakan bentuk penghinaan terhadap Rakyat Indoensia yang beragam Islam.
Suguhan buku yang tidak valid, telah ditebarkan dan tidak tanggung-tanggung melibatkan nama-nama tokoh besar., dan organisasi besar pula.

Berapa dana yang dikucur kan untuk membungkam mulut para pengurus?

Gus Dur berapa Milyar?

Syafi'i Ma'arif berapa Milyar?

Mustofa Bisri berapa milyar?

Inilah wajah bangsa ini, para tokoh yang lapar mau disuap dengan mengiyakan perkataan dari pihak penyuap.

A'udzubillahi mindzalik...

Selasa, 09 Juni 2009

Bersatulah Saudaraku

Bismillahirrahmaanirrahiim

Innama Al Mu'minul Ikhwah... : Sesungguhnya setiap mukmin itu bersaudara.

Itulah kata-kata yang indah untuk diamalkan.

Dari data statistik, Umat Islam Indonesia merupakan pemeluk agama mayoritas di Indonesia. Dan bertahun-tahun didengungkan bahwa Organisasi Massa (Ormas) Islam yang besar NU dan Muhammadiyah. Namun apa yang terjadi dengan keberadaan dari kedua Ormas tersebut?

Bertahun-tahun pula selalu bentrok urusan doa' qunut, jumlah rakaat sholat tarawih, arah kiblat masjid, dll.

Keadaan itu telah membuat sebagian besar masyarakat yang tidak berasal Pondok Pesantren atau yang aktif di Amal Usaha Muhammadiyah menjadi bagian yang terkorbankan. Kalangan generasi muda sadar bahwa hal itu tidak boleh diteruskan karena telah membuat bangsa Indonesia tidak maju dan hanya asyik menikmati pola hidup dengan kebiasaan masing-masing.

Banyak yang mengaku saya bukan NU dan saya bukan Muhammadiyah.
Tetapi banyak yang berkata saya cenderung ikut NU atau ikut Muhammadiyah.

Kebingungan generasi muda yang ingin maju dan Umat Islam memiliki harga diri tidak mau sibuk urusan do'a qunut, atau arah kiblat. Maka mereka memilih dengan menjadi bagian yang bukan keduanya..

Ini adalah pilihan ... sebuah upaya agar Umat Islam terbebas dari kejenuhan saling menyalahkan.

Setelah ditinggalkan para aktivis kedua Ormas dan memilih ke suasana keutuhan Umat Islam tanpa memandang NU atau Muhammadiyah, ternyata Ormas Islam (NU dan Muhammadiyah) merasa kecolongan, merasa dirampok, merasa diculik kader-kadernya.

Semua itu terjadi karena sebuah sunatullah, bahwa hamba Allah swt yang ingin meningkatkan keimanan tidak mau disibukkan dengan permusuhan masalah tata cara ibadah.

Para pejabat NU dan Muhammadiyah memang bisa menikmati empuknya kursi pejabat Ormas.. tetapi ternyata melenakan tanggungjawab terhadap keutuhan dan kerukunan Umat yang ingin maju dan berkembang serta berkualitas. Pembinaan Iman yang tidak terkotori oleh rasa saling memusuhi tidak terwujud, sulit dikembangkan karena sudah tradisi dan terstruktur dari tahun ketahun dan masuk dalam materi pengkaderan atau pembinaan santri.

Sebenarnya yang sedang berkembang dan yang dituduhkan sebagai TRANSNASIONAL itu merupakan jawaban dari kejenuhan generasi muda terhadap konflik antar Ormas yang sudah berlangsung dari tahun ke tahun, dan mungkin masih hidup saat ini.

Konflik itu makin diperparah dengan bergulirnya ERA REFORMASI dimana kedua Ormas memunculkan Partai Politik.

Kini kedua parpol bikinan kedua Ormas kedodoran.. Ormas merasa dipersimpangan jalan.
Antara tujuan kembali ke dakwah dan tetap menghidupkan parpol.

Kebingungan itu sangat sulit diselesaikan karena ternyata di dalam parpolnya juga tidak mulus jalannya, yaitu terjadi perebutan pengaruh PKB: Gus Dur-Muhaimin, dan PAN: SB-Amien Rais.
Bahkan lebih berat ada PKNU vs PKB, PMB vs PAN.

Ternyata diluar kedua Parpol tersebut juga muncul parpol lain yang getol mengusung isu dakwah. Nah.. kenapa ada partai dakwah?

Kenapa tidak gabung saja ke salah satu dari kedua Parpol bikinan Ormas Islam?

Siapakah yang diuntungkan dengan keadaan seperti itu?

Siapkah Islam Liberal Itu ?

Siapakah PKS itu?

Siapakah HTI itu?

Siapkah Lib-ForAll Foundation ?

Mau digiring kemanakah Umat Islam oleh Lib-ForAll Foundation?

Kenapa Romo Franz tampil sebagai penasehat Lib-ForALl Foundation?

Percayakah Anda dengan buku Ilusi Negara Islam?

Bagaimana cara Anda masuk Surga yang sangat damai dan nyaman?


Senin, 08 Juni 2009

Buku 'Ilusi Negara Islam' Dinilai Mengadu Domba Umat

www.nu.or.id || Selasa, 26 Mei 2009 04:09

Yogyakarta, NU Online

Empat Peneliti asal Yogyakarta, Zuli Qodir, Adur Rozaki, Laode Arham, Nur Khalik Ridwan, memrotes isi buku 'Ilusi Negara Islam' yang diterbitkan The Wahid Istitute, Maarif Institute dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika. Buku itu dinilai tidak sesuai dengan yang diteliti dan isinya mengadu domba umat Islam.

''Saya tidak berani lagi pulang ke Madura, karena terbitnya buku ini. Bisa-bisa saya dikalungi clurit karena buku ini mengadu domba umat Islam,'' kata Abdur Rozaki, Yogyakarta, dikutip dari Republika Online, Senin (25/5).

Dijelaskan Zuli , isi buku 'Ilusi Negara Islam' bukan merupakan hasil penelitiannya meskipun mereka disebut sebagai penelitinya. Sebab, isi dari buku tersebut telah menyimpang dari yang mereka teliti. Selain itu, pihaknya juga tidak dilibatkan dalam proses penerbitan.

''Kami tidak pernah diajak dialog di dalam proses menganalisis data dan membuat laporan peneliltian sampai penerbitan menjadi sebuah buku,'' kata Zuli.

Bahkan, lanjut Zuli, dalam proses pengumpulan data, beberapa nama yang dicantumkan dalam buku tersebut sebagai peneliti jauh hari sudah mengundurkan diri namun masih dicantumkan, seperti Khalik Ridwan dan Abdur Rozaki. Sehingga keduanya sudah tidak terlibat lagi dalam tahap penelitian mulai dari pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan hingga penerbitan buku.

Kata Zuli, tujuan penerbitan buku 'Ilusi Negara Islam' telah bergeser dari riset yang semula bertujuan akademik kepada politis. Kondisi ini diperkuat hampir semua peneliti daerah yang namanya tercantum dalam buku tersebut tidak pernah diajak untuk berdialog menganalisis temuannya dalam kerangka laporan hasil penelitian yang utuh.

''Para peneliti daerah namanya dicatut hanya sebagai legitimasi politis dari kepentingan pihak asing. Sebagaimana dilakukan Holland Taylor dari Lib for All, Amerika Serikat yang begitu dominan bekerja dalam kepentingan riset dan penerbitan buku ini.

Karena itu, peneliti Yogyakarta menuntut kepada Lib for All untuk menarik peredaran buku tersebut jika tetap mencantumkan nama-nama peneliti Yogyakarta. ''Kami mengimbau kepada para peneliti dan intelektual Indonesia untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah diperalat dan dimanipulasi kepentingan agen intelektual asing yang bekerja di Indonesia,'' tandasnya.

Bahkan, yang aneh dari peneribatan buku tersebut adalah pencantuman KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur sebagai editornya. Padahal, selama ini Gus Dur terganggu penglihatannya sehingga tidak mungkin Gus Dur bisa mengeditnya. ''Ini sudah kebablasan,'' kata Abdur Rozaki.

Sementara, Ahmad Suadey, Direktur The Wahid Institute kepada Zuli Qodir mengirim SMS bahwa dirinya tidak tahu persis isi buku 'Ilusi Negara Islam' yang diterbitkannya. Karena itu, dirinya merasa kaget ketika mendapat protes dari peneliti Yogyakarta.

''Aku malah baru tahu ini. Kalau gitu perlu klarifikasi ke Lib for All. Kalau perlu teman-teman bikin nota protes tertulis. Aku enggak keberatan karena saya tidak berhubungan dengan isi sama sekali,'' kata Ahmad Suaedy.

Minggu, 07 Juni 2009

Islam dipersimpangan jalan

Sejak lama Islam di Indonesia menjadi bulan-bulanan penguasa sejak orde baru hingga reformasi. Tetapi disatu sisi muncul Islam yang beraliran Liberalisme dengan memaksakan untuk mengakui semua agama itu sama.
Dipihak lain muncul kelompok Islam konsisten dengan ajaran yang dibagi dalam dua kelompok yaitu garis geras radikal dengan Islam moderat.

Kehadiran Islam moderat ternyata berpengaruh pada Organisasi Masyarakat NU dan Muhammadiyah yang menjadi kekurangan kader karena generasi mudah banyak yang tertarik bergabung ke Islam moderat. Tentu kondisi ini memunculkan kegelisahan para petinggi Ormas tersebut. Apalagi para petinggi juga mendirikan partai politik yang ternyata mengalami kekalahan dalam PELMILU 2009, dan Islam moderat tetap eksis.

Sayangnya kondisi ini di nilai ancaman bagi Umat Islam Indonesia secara keseluruhan.. Padahal dinamika ummat sedang berjalandan seharusnya menjadi kultur saling tegur sapa yang indah dan saling menghormati.

Kondisi yang seperti ini dimanfaatkan oleh Kelompok Islam Liberal sebagai peluang untuk menggalang kekuatan dan tentu menaikkan pamor Islam Liberal..

Dengan menggandeng pejabat dari dua Ormas dan beberapa pihak yang tidak senang Islam Indonesia Maju, Islam Liberal berhasil merumuskan tulisan yang dicomot sana-sini tanpa data yang valid dengan menerbitkan tulisan Ilusi Negara Islam.


Berikut beberapa rumusan masalah yang dapat kita ambil dengan adanya tulisan tentang Ilusi Negara Islam.

Bab Pengantar:

Kata pengantar, a.n. Gus Dur, tidak mencerminkan pemikiran dan ucapan GusDur sebenarnya. Kita semua tahu kalau Gus Dur tidak bisa membaca dan tidak sempat membaca semua media yang akhirnya menjadi sebuah kata pengatar yang komplit.
  1. Apakah tendensi dibalik kata pengantar tersebut?
  2. Kenapa harus menggunakan nama Gus Dur?
  3. Apakah Gus Dur dapat dipercaya oleh masyarakat Islam?
Bab Penulis:
  1. Siapakah penulis buku tersebut?
  2. Siapakah Lib-forAll Foundation?
  3. Siapakah dibalik tulisan tersebut?
  4. Adakah kaitan dengan pemilik dana yang besar antara penulisan buku tersebut?

Bab Tokoh:
  1. Apakah tokoh yang disebutkan memiliki kefahaman yang jelas dan gamblang tentang masalah Umat Islam?
  2. Apakah tokoh-tokoh yang tertulis sudah dikonfirmasi ?
  3. Apakah tokoh-tokoh yang ditulis sudah pernah berbicara bersama?
  4. Apakah para tokoh memiliki pendapatyang sama?
  5. Kenapa melibatkan Seorang Romo dan pengamat Luar Negri dalam penerbitan buku tersebut?
  6. Kenapa harus dengan melibatkan Romo untuk memajukan Umat Islam?
  7. Bukankah Romo juga memiliki konsep keimanan sendiri, memiliki pandangan sendiri terhadap ajaran Islam serta memiliki keyakinan yang berbeda terhadap Al-Quran?

Tujuan Penulisan:
  1. Apa target dari penerbitan tulisan ILusi Negara Islam yang diterbitkan oleh Lib-ForAll Foundation?
  2. Apakah mereka betul-betul murni didasari iman atau karena ada pesanan dari pihak yang tidak suka dengan Islam?
Lembaga yang terlibat:
  1. Kenapa NU dan Muhammadiyah merasa dirugikan?
  2. Apakah NU dan Muhammadiyah sudah intropeksi diri bahwa Ummat Islam adalah sekumpulan orang yang beriman dan memerlukan santunan kesejukan keimanan sudah dapat dipenuhi oleh keduanya?
Tendensi Penulisan:
  1. Kenapa mereka mengkaitkan dengan garis keras, terorisme, al-qaida dll, ?
  2. Kenapa mereka menggunakan gaya tokoh-tokoh barat ( dan gereja) dalam menggambarkan Umat Islam?
  3. Apakah Umat Islam akan percaya begitu saja dengan omongan mereka dengan tulisan mereka?
  4. Kenapa penulis memecah belah Umat Islam ?
Tendensi Politik:
  1. Adakah hubungannya antara terbitnya buku Aliansi Negara Islam dengan salah satu Capres dan Cawapres?
  2. Kenapa disaat gemuruh Umat Islam Indonesia menikmati pesta Demokrasi dan berusaha keluar dari himpitan kesusahan muncul teror dari Lib-ForAll Foundation?
  3. Pesanan dari manakan tulisan tersebut muncul?